1/24/14

Bukan Penangkal Petir tetapi Penyalur Petir


       Walaupun para ahli telah melakukan berbagai riset tentang petir,belum ada yang memastikan kapan petir akan menyambar,dimana dan berapa kekuatannya.Petir tidak bisa ditangkal,ditolak atau digagalkan.Petir hanya bisa disalurkan.Oleh karena itu,bedasarkan mekanisme kerjanya para ahli mengunakan istilah 'penyalur petir' bukan 'penangkal petir'.



Penyalur petir yang beredar di pasaran intinya ada dua ,yaitu sistem konvensional dan sistem elektrolis.


Penyalur petir konvensional bekerja secara pasif ,atau bahasa sederhananya "menunggu' disambar petir.Ketika muatan listrik negatif diawan sudah cukup besar,maka muatan listrik positif di tanah akan tertarik merambat melalui konduktor penyalur petir menuju ujung kepala penangkal petir,kemudian disalurkan ke bumi.Sistem ini masih banyak dipakai karena terukti cukup handal menyalurkan petir.Biayapun cukup murah dibandingkan sistem elektrolis.

Peralatan penyalur petir konvensional bisanya terdiri dari tiga bagian:

1.Kepala penagkal petir (Splitzer) terbuat dari batang tembaga yang ujungnya berbentuk lancip.maksudnya,agar pelepasan muatan positif mudah terkumpul sehingga akan tepat pada saat menyambut lompatan muatan negatif awan dan cepat tersalurkan ke konduktor penyalur petir.  
2.Konduktor penyalur petir (down conductor) terbuat dari kawat konduktor yang dipiiln dengan penampang minimal 50mm.konduktor ini dipasang secara vertikal di sisi luar bangunan dan horizontal di atas bangunan ,fungsinya untuk menyalurkan muatan listrik yang ditangkap oleh batang penagkap petir atau batang pembumian .Penempatan konduktor secara horizontal dan vertikal di sekeliling bangunan membentuk
semacam sangkar.Sesuai dengan penemunya ,metode ini disebut sangkar Faraday .Sering dijumpai konduktor horizontal disembunyikan didalam atap demi pertimbangan estetika,secara fungsi    ini   tidak benar dan berbahaya.
3.Batang pembumian (grounding rod) terbuat dari tembaga dengan diameter sekitar 1.5 cm ,panjang 2-3m  yang ditanamkan pada kedalaman minimal 6m atau sampai bertemu tempat pembumian yaitu tanah kering.batang pembumian ditempatan pada tempat pembumian (grounding pit),umumnya terbuat dari dinding bata ukuran 50x50yang ditutup beton cor ,sebagai tempat persambungan konduktor penyalur petir dan batang pembumian.

Sedangkan penyalur petir elektrolis bekerja secara aktif.Begitu muatan awan Comulonimbus (cb) melesat ke bumi ,maka setelah melalui proses penggumpalan penguatan muatan di kepala penangkal petir (head unit),muatan positif langsung menyambut ke atas dan menuntun muatan negatif ke bumi.

Proses terjadinya petir:

Petir terjadi karena adanya perpindahan atau lebih tepat 'loncatan' muatan listrik negatif di awan ke muatan listrik positif dibumi,di awan  tidak hanya terdapat muatan negatif ,karena awan  terdiri dari ion bebas negatif dan ion bebas positif.Ion bebas ini terjadi akibat pergesekan antara awan-awan itu sendiri yang disebabkan oleh pergerakan angin.
Pada saat tertentu ,pergerakan awan akan terhenti pada suatu tempat ,lalu muatan negatif di awan saling menguatkan sehingga terjadinya akumulasi yang cepat ,sehingga terjadinya beda potensial (tegangan) terhadap bumi.inilah yang memicu terjadinya loncatan muatan negatif di awan ke muatan positif di bumi sehingga terjadilah petir.

Tanda-tanda akan adanya petir:   
Petir hanya terjadi jika ada awan comulonimbus yang biaasa disingkat awan Cb.Awan ini terjadi akibat pemanasan dipermukaan bumi yang mendorong uap- air keatas dengan cepat inilah tanda-tandanya:


*  Dari jauh,awan ini tampak menggumpal dan membumbung tinggi
* Kalau kita berada dibaawahnya agak sulit melihatnya,namun kita dapat merasakan tandanya ,yaitu jika cuaca yang panas kemudian mendadak berawan dan angin berhembus kencang.
* Kalau pagi terasa terik menyengat namun terasa lembab ,biasanya pada siang hari akan muncul awan Cb yang kemudian diikuti terjadinya petir.
Karena itulah jika hujan mulai pagi hari ,bisa dipastikan siang harinya tidak akan ada petir ,karena permukaan bumi tidak cukup panas untuk menguapkan air pembentuk awan petir tersebut.

    
  Untuk mengantisipasi kemungkinan sambaran petir ,sebaiknya rumah dilengkapi denan instalasi penyalur petir yang tepat,konsultasikanlah pada ahlinya.karena setiap wilayah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan petir yang berbeda.
      Petir tidak hanya menyambar penyalur petir,karena arus petir juga bisa merambat melalui saluran kabel listrik atau kabel telepon jaringan udara (menggunakan tiang).Untuk mengurangi resiko ini ,sebaiknya dipasang peralatan untuk memblokir arus dan tegangan petir dengan menggunakan surge arrester,yaitu alat yang membelokkan arus yang merambat lewat jaringan listrik atau telepon langsung ke bumi sehingga tidak merambat ke jaringan listrik rumah yang bisa merusak peralatan ristrik di rumah.


Tip mengurangi resiko terkena petir saat hujan:
*Jika rerpaksa harus berteduh seorang diri,upayahkan kedua ujung kaki berhimpit serapat mungkin .Ini untuk menghindari merambatnya arus listrik ketubuh melalui kaki yang satu ke kaki yang lain akibat sambaran kebumi.Apabila petir menyambar tanah,tegangannya akan berpendar horizontal di tanah .Jika kaki kiri dan kanan membentuk jarak ,maka akan terjadi perbedaaan potensial (tegangan ) di antara kedua kaki.Jika kaki berhimpitan maka perbedaaan potensial pada kaki akan kecil.
* Jika berada di dalam rumah ,jangan duduk dilantai .Duduklah di atas kursi atau tempat tidur dengan kaki diatas.
*Hindari tempat yang cenderung basah ,misalnya tempat cuci dan kamar mandi. Jika kadar besi dalam tanah disuatu tempat tinggi ,maka berpotensi merambatkan arus petir ,sehingga tegangan pun akan berpendar merambat melalui tanah.
*Jangan gunakan telepon rumah maupun telepon seluler,mengisi baterai,menyalakan TV,radio,Komputer ,dan lain-lain,jika instalasi listrik tidak dilengkapi peralatan pengaman petir yang benar.

Protected by Copyscape Originality Check

No comments :

Post a Comment

Terimakasih atas komentar dan semoga bermanfaat